Duta BUMN 2014 : Sudah Layu Sebelum Berkembang (Part 1)


Well... 
Yeah tulisan ini memang sangat terlambat untuk dibagikan sekarang, tapiiiiiiii masih tidak akan kadaluarsa kok. Better late than never, right? Aku akan berbagi pengalamanku menjadi salah satu peserta di ajang bergengsi Duta BUMN 2014 dan aku berharap semoga cerita ini bisa bermanfaat bagi teman-teman semua. Karena ternyata, menjadi Duta BUMN 2014 ini merupakan pengalaman yang dapat dikatakan life-changing buatku. Walaupun hanya seminggu mengikuti lomba ini, namun manfaat yang kudapat melekat hingga lebih dari 2 tahun. I'm not being overly exaggerated, but this, really strikes me. 

Okay, let's started with knowing me. 

Aku Fathyah, 21 tahun (saat ini), karyawan di BUMN Kehutanan terbesar di Indonesia dan juga seorang mahasiswa jurusan Administrasi Publik konsentrasi Manajemen Keuangan Negara semester 6 (berat banget yah kayanya). Dua tahun yang lalu, tepatnya pada akhir tahun 2014 bulan November, seorang kolega menawarkanku untuk menjadi Duta Perum Perhutani dan mewakili perusahaan di ajang Duta BUMN 2014. Duta BUMN itu sendiri merupakan salah satu cabang lomba dari kegiatan PORSENI BUMN (Pekan Olahraga dan Seni BUMN) yang diadakan setiap tahun oleh Kementerian BUMN dan konsorsium BUMN di Indonesia. Pada saat itu pun aku telah ditunjuk sebagai panitia yang mengurusi peserta lomba Tarian Daerah dari kantorku, namun tiba-tiba saja aku ditawarkan untuk ikut lomba Duta BUMN tersebut. Jadi memang, sudah sibuk menjadi koordinator Tarian Daerah, ditambah pula dengan kesibukan untuk mempersiapkan diri menjadi representatif perusahaan di ajang bergengsi tersebut. 
Pada tahun itu merupakan tahun kedua Perhutani mengikuti ajang Duta BUMN (yang baru dimulai pada tahun 2011, namun Perhutani baru ikut bergabung pada tahun 2013). So yeah... Duta BUMN saat itu masih cukup asing buatku. A glimpse I catch about the competition adalah lomba itu sejenis beauty pageant mirip Abang None gitu. Ketika aku diminta untuk menjadi perwakilan perusahaan untuk maju di ajang tersebut, aku hanya senyum-senyum manja dan tidak jelas karena memang aku tidak tahu apa-apa tentang Duta BUMN tersebut. Namun, karena basically aku adalah tipe orang yang aktif dan curious akan mencoba hal-hal baru, aku mengiyakan tawaran tersebut. 
Idealnya, setiap perusahaan sebaiknya menyeleksi beberapa kandidat untuk dijadikan perwakilan dari perusahaannya masing-masing. Seperti mengadakan seleksi in-house Duta mereka masing-masing. Agar mereka tidak kaget dengan kegiatan pada saat lomba dan untuk memastikan bahwa kandidat yang dikirimkan bukan merupakan orang yang 'abal-abal'. Namun, pada saat itu kondisi di perusahaanku (not my company, but company where I work) tidak seperti itu. Perlu diingat bahwa persyaratan untuk bisa mengikuti Duta BUMN adalah : (1) merupakan karyawan di salah satu BUMN dan dibuktikan dengan fotocopy SK; dan (2) berusia maksimal 30 tahun pada saat mengikuti lomba. Dan jumlah pegawai muda (30 tahun kebawah) di Perhutani pada saat itu terbilang sangat sedikit sekali.

Lalu, bagaimana denganku dan teman-teman seangkatanku?

Well... FYI ya teman-teman, aku masuk ke Perhutani sebagai lulusan SMK pun begitu dengan teman-teman seangkatanku. While as Duta BUMN itu pesertanya merupakan lulusan S1, S2, maupun yang sedang melanjutkan S3. What????? Siapa yang bisa larang kalau saat itu aku tidak pede dengan kemampuan diri sendiri (dan teman seangkatanku). In addition to that, pada saat itu aku baru masuk kuliah semester 1 yang notabene mata kuliah yang dipelajari masih belum jauh-jauh dari pelajaran di jaman SMK sehingga dapat dipastikan bahwa aku sudah akan kalah duluan sebelum bertanding bahkan sebelum tau lomba tersebut bagaimana dan siapa peserta lainnya. 
Long story short, dua minggu kemudian aku dan kolega yang menawariku (yang kemudian menjadi manajerku dan juga peserta Duta BUMN tahun lalu) telah selesai mempersiapkan segala keperluan mulai dari membeli baju (business attire, casual attire, sporty outfit, dan lainnya), sepatu, perlengkapan make up, tas baru, latihan memperkenalkan diri, latihan presentasi, dan persiapan mental sejenisnya. Kenapa aku harus beli baru barang-barang tersebut? Karena ternyata barang-barang pribadi sejenis milikku tidak cukup pantas untuk dibawa tampil ke ajang tersebut hehehe. Sehingga barang-barang yang dibeli, aku upgrade jenis, merk dan harganya. Lagian, biaya untuk keperluan tersebut juga bukan dari kantongku sendiri jadi aku tidak perlu berpikir banyak. Hehehe lagi. 
Tibalah hari perlombaan. Kegiatan lomba dimulai pada hari Senin 1 Desember 2014 dan berakhir pada Jumat 5 Desember 2014 dengan sistem karantina selama 4 hari. Oh ya, aku belum cerita tentang partner Duta-ku. Namanya adalah Mas Bagus Suripto, dari kantor cabang di Jogjakarta. Pada saat lomba ia sedang melanjutkan studi S3 (yes, S3 guys-disandingkan dengan aku yang cuma lulusan SMK dan baru kuliah semester 1). Jarak umur kami cukup jauh lho pada saat itu. Bagaimana tidak, dua tahun yang lalu berarti aku masih 19 tahun (oh iya aku juga merupakan Duta BUMN termuda sepanjang sejarah per-Duta BUMN-an dan sampai saat ini loh dan aku malu sebenarnya) dan Mas bagus itu sudah 30 tahun pada saat itu. 11 tahun jarak umur kami hihihi. Ternyata aku baru sadar kalau umur kami berbeda cukup jauh, tapi bukan itu fokusnya sekarang. 
Pada hari Senin aku berangkat ke Kementerian BUMN ditemani koper yang padat sebagai bekal karantina selama 4 hari kedepan (walau cuma 4 hari tapi satu hari kami bisa berganti kostum 2 kali). Aku naik taksi sendiri dan sudah janjian dengan Mas Bagus untuk langsung bertemu disana saja. Sampai di lantai 11 Kementerian BUMN, aku keluar lift dan langsung meliht beberapa peserta lain yang sejenak membuatku terpana. They all are in suit and tie and blazer and heels and make up and hair do and wow!!!! Dan aku hanya mengenakan seragam harian kantorku saja. Aku selalu terpukau berada langsung di dekat orang-orang berjas dan berblazer karena menurutku suasana yang tercipta jadi lebih eksklusif dan misterius. Tahu diri sebagai yang paling muda dan dengan pengetahuan dan kemampuan masih dibawah mereka, aku hanya diam saja dan berusaha mencari posisi aman dimana aku dapat menikmati diri sendiri. Tapi tiba-tiba ada yang mengajakku kenalan (ciyeeee). Aku tidak akan cerita tokoh lain disini guys tapi cukup gambarannya saja ya. Akhirnya, kami terlibat perbincangan ringan dan sedikit saling sharing tentang core business perusahaan masing-masing.
Later, para peserta lain mulai ramai berdatangan dan acara pembukaan pun dimulai. Sebelumnya telah dibagikan selempang yang bertuliskan 'Duta (nama perusahaan)' ke masing-masing peserta dan itu adalah pertama kalinya aku memakai selempang dan aku sungguh merasa terhormat dan bangga walaupun perjuangan mendapatkannya tidak seberat itu hehehe. Kemudian acara dilanjut dengan sesi perkenalan dan sharing session dengan beberapa tokoh hebat dari lingkup Kementerian BUMN. Jujur saja, karena pada waktu itu aku baru kuliah semester 1, jadi minatku pada materi berbau birokrasi, bisnis dan organisasi (which is apa yang menjadi mayoritas dari materi-materi tersebut) masih sangat minim dan yang bisa kulakukan selama pemateri berbicara hanyalah menahan kantuk dan berusaha agar tidak ada orang lain yang tahu. Oh what a mess I was. 

Namun, satu hal yang aku belum lupa sampai sekarang yaitu adalah ketika Duta dari salah satu BUMN Perbankan maju kedepan untuk memperkenalkan diri. Dia datang dengan hairdo khas ala bank-nya dan business attire dan oh my she is so elegant. But also a bit funny she is at the same time karena 'konde'nya (atau french bun/whatever) yang menjulang diatas kepalanya. But she's still pretty, tho. Honestly. Ditambah dia dengan sangat pedenya memperkenalkan diri dalam Bahasa Inggris (yang menurutku masih slightly terbata-bata) dan partner dutanya menggunakan Bahasa Jepang. Namun memang hal itu berhasil menarik perhatian kami semua, dan apparently itupun menjadi ice-breaker dan menambah seru suasana.

Kemudian tibalah giliranku untuk memperkenalkan diri. Well... Nothing special in my introduction. Walaupun awalnya aku sudah mempersiapkan beberapa jokes yang (mungkin) bisa memancing tawa teman-teman tapi karena takut jadi garing, I just stayed in the line. Berbicara didepan umum buatku bukanlah sesuatu yang baru atau menakutkan. Terlebih bila aku sudah menguasai materi yang harus aku bawakan. Namun, pada saat itu aku tidak bisa menghilangkan pikiran bahwa mereka (peserta Duta yang lain) semua adalah orang-orang yang sudah pasti lebih hebat dariku dan aku ini bukan apa-apa bagi mereka. Makanya, most of the time at the quarantine aku lebih banyak diam dan hanya mempelajari situasi.

Perkenalan dan sharing session berakhir, kemudian dilanjutkan dengan makan siang dan sholat zhuhur baru kemudian kami bertolak ke lokasi karantina, yaitu Pertamina University Simprug. Ada 3 bus yang mengangkut kami ke Simprug. Dua bus untuk penumpang dan 1 bus khusus untuk barang-barang kami. Ketika aku menunggu untuk masuk kedalam bus, tiba-tiba seorang peserta lain mengajakku ngobrol dan ia mengatakan, "Mba ini mirip Siti Nurhaliza ya".
Well... Sejujurnya aku sudah sering menerima (pujian) itu sehingga spontan aku membalasnya dengan candaan (sambil tertawa), "Mas adalah orang ke 1.834 yang bilang itu ke aku". Kemudian, hening. Krik krik. Krik krik. Nobody was laughing. Damn! Aku pikir hal itu lucu tapi ternyata tidak ada yang tertawa padahal aku yakin beberapa peserta lain mendengar obrolan kami pun termasuk lawan bicaraku tadi. Sumpah, gue garing banget waktu itu.


(bersambung ke part 2 ya)

No comments:

Powered by Blogger.